Mengenali Tanggung Jawab Penggembala | Oleh : Umarriadh Bafadhal, S.H., M.H (02/02/2024)
Mengenali Tanggung Jawab Penggembala
Oleh : Umarriadh Bafadhal
(Panitera Muda Gugatan PA. Sengeti)
Jika diamati tugas seorang penggembala tampak seperti mudah dan ringan. Penggembala kambing misalnya. Pada umumnya seorang majikan hanya menugaskan penggembala untuk menggiring binatang peliharaan miliknya ke padang rumput yang subur dan hijau agar mahluk tersebut dapat makan dan tetap hidup. Sungguh ini terlihat seperti pekerjaan yang sederhana dan mudah dilakukan. Kambing digiring dari kandang menuju padang rumput pada pagi hari dalam keadaan lapar lalu digiring kembali masuk ke kandang pada sore hari dalam keadaan kenyang. Maka penggembala kemudian menerima upah dari majikan.
Namun jika difahami secara mendalam, maka mengemban tugas sebagai penggembala tidaklah semudah yang dibayangkan. Menggembala tidak dapat diartikan hanya sekedar menggiring binatang peliharaan dari satu titik menuju titik lainnya. Makna menggembala juga terasa sempit jika hanya di artikan sebagai terjaminnya ketersediaan makanan bagi binatang gembalaan demi keberlangsungan hidup mereka. Secara luas makna menggembala dapat diartikan dengan “memikul tanggung jawab penuh terhadap kelangsungan hidup, ketersediaan makanan bahkan keselamatan nyawa gembalaan yang semula berada di tangan pemilik lalu berpindah ke pundak seorang penggembala”. Secara ringkas, maka penggembala dapat diartikan sebagai “pemikul tanggung jawab”.
Menurut Ar-Raghib Al- Ashfahani, pada mulanya kata gembala berarti memelihara binatang, baik dengan memberikan makanannya maupun dengan melindunginya dari bahaya. Dari akar kata itu kemudian terbentuk berbagai kata dengan bermacam-macam makna tetapi semuanya mengandung makna “memelihara dan mengawasi”. Misalnya, kata ar-ra’i atau kata ra’in berarti penggembala, karena orang yang menggembalakan binatang bertugas dengan memberikan semua kebutuhan hidupnya dan mengawasinya dari berbagai bahaya yang akan menimpanya.
Di dalam perkembangan selanjutnya kata ar-ra’i atau ra’in itu diartikan juga sebagai pemimpin, karena pemimpin juga bertugas memelihara, mengawasi, dan melindungi orang-orang yang dipimpinnya. Tugas pemimpin sebenarnya hampir sama dengan tugas pengembala.
Hal tersebut di atas senada dengan satu hadist muttafaqun alaih yang diriwayatkan Ibnu Umar Radhiallahu ‘anhuma yang mengatakan : “Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : "Tiap seorang dari engkau semua itu adalah penggembala dan setiap seorang dari engkau semua itupun akan ditanya perihal penggembalaannya. Pemimpin adalah penggembala dan akan ditanya perihal penggembalaannya. Seorang lelaki adalah penggembala dalam keluarganya dan akan ditanya perihal penggembalaannya. Seorang wanita adalah penggembala dalam rumah suaminya dan akan ditanya perihal penggembalaannya. Buruh adalah penggembala dalam harta majikannya dan akan ditanya perihal penggembalaannya. Jadi setiap seorang dari engkau semua itu adalah penggembala dan tentu akan ditanya perihal penggembalaannya.”.
Berdasar hadist di atas maka dapat di fahami bahwa sejatinya setiap manusia adalah penggembala atas apa yang digembalakannya dan menjadi tanggung jawabnya. Pemimpin adalah penggembala atas rakyatnya. Suami adalah penggembala atas isteri dan anaknya. Sopir adalah penggembala atas keselamatan penumpangnya. Kepala perusahaan adalah penggembala atas kesejahteraan dan keselamatan ratusan karyawannya. Pemilik akun instagram terpopuler adalah penggembala atas pola fikir dan kesehatan mental para pengikut setianya. Atau, kepala daerah adalah penggembala atas janji-janji politik yang pernah diumbar terhadap pemilihnya.
Dalam konteks tersebut di atas maka sejatinya seorang penggembala kelak akan dimintai pertanggungjawaban mengenai hal apapun dan bagaimanapun terkait penggembalaannya. Misal, seorang pemimpin yang menipu rakyatnya mentah-mentah dengan dalih dan tipu daya yang menyesatkan sembari mengatasnamakan kepentingan rakyat dan negara. Atau, bisa juga dimisalkan dengan seorang bapak yang mengucapkan Istighfar ketika mengetahui anaknya bermain judi online namun lantas mengucapkan Hamdalah ketika mengetahui anaknya menang judi online. Dalam hal tersebut tentu saja pemimpin atau bapak sebagai penggembala akan dimintai pertanggungjawaban. Apabila penggembala sukses melaksanakan tugasnya dengan baik, maka sudah barang tentu dirinya akan menerima balasan yang sepadan, pun demikian berlaku untuk sebaliknya.
Hal ini sesuai hadist yang diriwayatkan Abu Ya'la yaitu Ma'qil bin Yasar r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang hamba pun yang diserahi oleh Allah untuk menggembala suatu penggembalaan - yakni memimpin sesuatu ummat atau bangsa, lalu ia mati pada hari kematiannya, sedang di kala itu ia dalam keadaan menipu pada penggembalaanya, melainkan Allah mengharamkan padanya untuk masuk syurga." (Muttafaq 'alaih)
Dalam riwayat lain disebutkan: "Lalu orang yang diserahi penggembalaan itu tidak menjaga penggembalaannya dengan nasihatnya - yakni mengusahakan apa-apa yang bermanfaat untuk rakyatnya dan menolak apa-apa yang akan membahayakan mereka, maka orang itu tidak akan dapat memperoleh bau syurga."
Demikianlah. Semoga para penggembala-penggembala yang diamanahi tanggung jawab penggembalaan dapat mengembala sesuai dengan harapan, sehingga halal baginya untuk menikmati bau syurga.